
- May 30, 2023
Benarkah Indonesia Terbukti Fatherless Country?
Sahabat Sehat, dalam mendidik dan membesarkan anak diperlukan figur ayah dan ibu yang berdampingan saat usia perkembangannya. Namun, faktanya Indonesia masuk ke dalam negara peringkat ketiga sebagai Fatherless Country. Hal ini bisa diartikan bahwa banyak anak di Indonesia yang kehilangan peran ayah di hidupnya. Kondisi Fatherless mengakibatkan dampak buruk pada psikologis dan perilaku anak saat dewasa.
Apa itu Fatherless?
Fatherless atau Father Hunger merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut suatu kondisi di mana anak kehilangan peran ayah saat pengasuhan dan tumbuh kembang. Hal ini disebabkan karena berbagai hal, seperti perceraian, kematian, ketidakpedulian, atau kurangnya pengetahuan ayah.
Sejatinya, peran ayah bukan semata keterlibatan secara fisik atau saja, namun juga secara psikologis. Ironinya, Indonesia menempati urutan ketiga Fatherless Country di dunia, meskipun kabar mengerikan ini belum memiliki sumber yang jelas.

Fatherless juga dipicu konsep patriarki yang masih berkembang di Indonesia. Dalam konsep ini, laki-laki diberikan kekuasaan penuh di semua aspek, termasuk sosial, politik, dan budaya. Oleh karena itu, muncul anggapan bahwa laki-laki tidak pantas mengurus anak dan melakukan pekerjaan rumah lainnya. Tugas ayah hanya sebagai pencari nafkah, sedangkan tanggung jawab anak dan urusan rumah sepenuhnya diberikan kepada ibu.
Dampak Fatherless
Anak tanpa kehadiran sosok ayah cenderung memiliki kemampuan akademik yang buruk. Sebuah studi menunjukkan bahwa kondisi ini akan memengaruhi kemampuan kognitif dan non-kognitif anak. Selain itu, anak juga akan mengalami aktivitas seks pertama kali lebih cepat dibandingkan anak yang mendapatkan sosok ayah di masa perkembangannya. Studi lain menyebutkan bahwa anak perempuan yang kehilangan sosok ayah memiliki risiko tinggi hamil saat remaja. Keterlibatan ayah mengurangi aktivitas seksual saat remaja.
Fatherless juga berdampak pada penyakit saat dewasa. Anak dengan kondisi Fatherless memiliki telomer yang pendek. Telomer merupakan bagian dari DNA yang memengaruhi penyakit dan usia hidup seseorang. Manusia dengan telomer pendek berisiko mengalami penyakit, seperti kanker dan jantung, saat mereka dewasa. Hal ini tentunya akan mengurangi angka harapan hidup.
Dampak buruk lain di antaranya yaitu, rendahnya self-esteem, munculnya rasa minder, sering munculnya perasaan takut, cemas, dan tidak bahagia, merasa tidak aman secara fisik dan emosional, memiliki hubungan yang rumit dengan pasangan, masalah kelainan atau gangguan mental, serta berisiko melakukan kejahatan atau kenakalan remaja.

Ayah dan ibu memiliki peran krusial dalam tumbuh kembang anak. Ibu mengajarkan tentang nilai empati, emosi, dan kasih sayang. Sementara, ayah mengajarkan tentang logika, keberanian, dan kemandirian. Keduanya seharusnya berjalan beriringan sehingga anak mendapatkan sentuhan dari sisi feminisme dan maskulinitas. Harapannya, anak mampu menjadi pribadi yang utuh. Jangan lupa bagikan informasi ini ke orang-orang sekitar kamu, ya!
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP
Submit A Comment